Meningkatkan Daya Saing Pendidikan Tinggi Indonesia
B2G
27.06.2025
B2B
ASIA
Di negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, yang terdiri dari 17.000 pulau, membangun sistem pendidikan tinggi yang terintegrasi merupakan tantangan besar. Menurut Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Brian Yuliarto, saat ini Indonesia memiliki 4.416 universitas, dan hanya 125 di antaranya yang merupakan perguruan tinggi negeri.
Sebagai salah satu ekonomi muda terbesar di dunia — dengan hampir 50% penduduknya berusia di bawah 30 tahun — permintaan terhadap pendidikan tinggi di Indonesia akan terus meningkat. Hal ini semakin menantang pemerintah dalam memperluas akses pendidikan tinggi serta meningkatkan kualitasnya di institusi negeri maupun swasta agar lulusan dapat bersaing dalam pekerjaan bergengsi di bidang masing-masing.

Dalam studi terbarunya, Omniki.survey mengukur opini publik untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Indonesia memandang sertifikasi internasional dan kehadiran universitas internasional sebagai faktor yang dapat meningkatkan daya saing institusi dan memperbaiki kualitas pendidikan.

Dukungan Publik terhadap Sertifikasi Internasional

Sebanyak 67.5% responden menganggap sertifikasi internasional bermanfaat. Menariknya, responden yang saat ini sedang kuliah, berencana kuliah, maupun yang tidak mengejar gelar universitas menunjukkan antusiasme yang sama terhadap sertifikasi internasional.
Dorongan untuk mendaftar di cabang lokal universitas asing sangat tinggi (tertinggi pada responden berusia 55–64 tahun), dan terlihat di semua kelompok usia.
Lebih dari setengah responden (50.9 %) menyatakan bersedia membayar lebih jika universitas lokal memiliki akreditasi internasional terkemuka.
Sebanyak 30% responden menyatakan bahwa kemampuan lulusan untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus merupakan faktor penting yang memengaruhi reputasi institusi, bahkan di luar Indonesia. Mengingat tingkat pengangguran pemuda di Indonesia saat ini empat kali lebih tinggi dari rata-rata nasional, temuan ini mencerminkan kekhawatiran bersama bahwa gelar universitas tidak menjamin kesuksesan di pasar kerja.

Kekhawatiran Tersembunyi Masyarakat Indonesia

Baru-baru ini, Indonesia mengumumkan rencana memperkuat kerja sama pendidikan tinggi dengan Mongolia melalui riset bersama, program mobilitas, serta pertukaran dosen dan profesor. Inisiatif pemerintah ini selaras dengan temuan studi, di mana Ikatan global masuk dalam lima usulan teratas dari publik untuk membantu penyedia pendidikan tinggi Indonesia lebih bersaing di tingkat global. Anda dapat mempelajari lebih lanjut usulan publik dengan mengunduh laporan kami.

Mematahkan Mitos

Meskipun universitas negeri dianggap menyediakan pendidikan berkualitas lebih baik karena peringkat yang lebih tinggi, kehadiran global, keunggulan akademik, serta regulasi yang lebih ketat, mayoritas responden (43,5%) tidak membuat perbedaan tegas dan menyatakan bahwa Keduanya sama-sama mampu.

Hambatan Utama untuk Menyamai Standar Global

Pada awal 2025, anggaran untuk Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Indonesia dipangkas hampir 25%, memicu gelombang protes mahasiswa di seluruh negeri. Langkah ini mencakup pemotongan anggaran pendidikan demi penghematan, program bantuan pangan pemerintah yang mahal, dan perluasan kabinet baru.

Saat Omniki.survey menanyakan tantangan terbesar universitas Indonesia untuk menyamai standar global, lebih dari sepertiga responden menyebut Terlalu banyak birokrasi. Kurangnya dana dan Sedikit profesor/peneliti top juga dianggap sebagai tantangan besar.

Sistem pendidikan tinggi di Indonesia sangat kompleks dan menghadapi berbagai tantangan karena geografi negara yang unik dan distribusi penduduk yang tidak merata. Pulau Jawa, misalnya, dihuni lebih dari 150 juta orang dan menjadi lokasi bagi 80% universitas terakreditasi di Indonesia. Namun, untuk mengetahui faktor yang memengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih universitas, diperlukan riset lanjutan. Omniki.survey berada dalam posisi tepat untuk melaksanakan riset ini di seluruh wilayah, memastikan keterlibatan inklusif dari seluruh pemangku kepentingan, tanpa memandang lokasi, status sosial, jenis kelamin, atau agama.

Tentang Omniki.survey

Omniki.survey menggunakan metode river-sampling untuk mengumpulkan data dari responden netral, menyaring jawaban yang diisi terlalu cepat atau tidak logis agar data yang dikumpulkan dapat diandalkan dan berkualitas.

Dengan menerapkan praktik terbaik ilmu sosiologi, Omniki.survey menyajikan fakta dasar dan membantu pihak pemerintah serta perusahaan memperoleh wawasan yang diperlukan untuk mendorong perubahan positif.

Tinggalkan email Anda dan dapatkan laporan berisi data berikut tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia:

  • Pandangan mahasiswa tentang sertifikasi
  • Kesediaan membayar lebih untuk gelar
  • Faktor keberhasilan universitas
  • Tantangan utama universitas
AKHIR DARI RILIS PUBLIK

Our Partners & Events

Copyright @ 2025 Omniki.survey
|